Waterfall, Agile, Kanban, dan Scrum: Apa Perbedaanya?

Mengenali Agile Scrum
Mengenali Agile Scrum

Waterfall, Agile, Kanban, dan Scrum. Apa hubungannya kata-kata ini dengan manajemen proyek, apa perbedaannya, dan bagaimana Anda dapat memilih metodologi yang tepat untuk tim Anda?

Dalam artikel ini, kami akan membahas apa arti masing-masing, apa kelebihan dan kekurangannya, serta bagaimana perbandingannya, termasuk Agile vs Scrum dan Scrum vs Kanban.

Apa itu Kanban?

Kanban adalah bagian dari metodologi Agile dan berfungsi dalam kerangka kerja (framework) Agile yang lebih luas. Filosofi Agile berfokus pada perencanaan yang adaptif, pengiriman lebih awal, dan perbaikan terus-menerus—semua hal ini didukung oleh Kanban.

Saat membandingkan Kanban dengan Scrum, penting untuk dicatat bahwa keduanya adalah kerangka kerja Agile, tetapi keduanya memiliki cara pendekatan yang berbeda.

Saat seseorang berbicara tentang Kanban dalam manajemen proyek, biasanya itu merujuk pada board Kanban. Board Kanban mewakili tahapan pekerjaan dengan kolom yang berisi item pekerjaan individual untuk setiap tahapnya.

kerangka kerja Kanban sangat fleksibel dan dapat membantu tim menjadi lebih dinamis dan gesit seiring waktu. Meskipun perbandingan Kanban dengan Scrum sering dilakukan, fleksibilitas Kanban membedakannya dalam banyak alur kerja.

Cara Kerja Kanban

Kerangka kerja Kanban dikembangkan oleh Taiichi Ohno di Toyota pada tahun 1940-an dan telah didigitalkan, diadaptasi, serta disempurnakan selama beberapa dekade. Inti dari kerangka kerja Kanban modern adalah metode visual daring untuk mengelola pekerjaan.

Dalam board Kanban, kolom-kolom mewakili berbagai tahapan pekerjaan. Di dalam setiap kolom, setiap card mewakili tugas-tugas individual dan tahapannya. Biasanya, tahapan ini adalah ‘to do’ (untuk dikerjakan), ‘in progress’ (sedang dikerjakan), dan ‘done’ (selesai).

Board Kanban adalah salah satu bentuk visual manajemen proyek yang paling populer. Board ini paling efektif untuk memberikan wawasan cepat dan mudah tentang alur kerja suatu proyek terhadap tim.

Tim Kanban mengelola bottlenecks and delays (hambatan dan delay) untuk mengurangi waktu pengerjaan. Mereka memulainya dengan menggunakan Cumulative Flow Diagram (CFD) untuk mengidentifikasi bagian mana yang pekerjaannya menumpuk. Setelah menemukan hambatan tersebut, mereka menetapkan batasan Work in Progress (WIP). Batasan WIP ini membatasi jumlah item pekerjaan di setiap tahap, yang mencegah kelebihan beban dan meningkatkan produktivitas.

Manfaat board Kanban

Ketika Anda menggunakan board Kanban untuk manajemen proyek visual, Anda memberikan tim Anda berbagai informasi yang mudah dilihat secara sekilas, termasuk namun tidak terbatas pada:

  • Tugas atau hasil akhir (deliverables)
  • Penanggung jawab tugas
  • Due dates dan rentang waktu
  • Tag yang relevan, seperti prioritas atau jenis tugas
  • Detail tugas
  • Konteks
  • File terkait

Board Kanban adalah cara yang fleksibel bagi tim Anda untuk memvisualisasikan pekerjaan yang sedang berlangsung. Secara tradisional, kolom pada Kanban menampilkan tahapan pekerjaan, itulah mengapa board ini populer sebagai alat manajemen proyek visual bagi tim yang menjalankan proses dan proyek berkelanjutan, seperti proyek pelacakan bug.

Anda juga dapat menyesuaikan kolom board Kanban berdasarkan penanggung jawab tugas, menambahkan ’swimlane’, atau membuat kolom berdasarkan due dates.

Karena efektivitasnya dalam memvisualisasikan pekerjaan, Kanban menjadi komponen kunci dalam sebagian besar alat manajemen proyek. Jika Anda mencari alat manajemen proyek yang tepat untuk tim Anda, pastikan alat tersebut menawarkan tampilan Kanban. Lebih baik lagi, carilah alat yang memungkinkan Anda melihat pekerjaan dalam berbagai cara.

Apa itu Scrum?

scrum

Scrum adalah salah satu kerangka kerja Agile yang paling populer. Berbeda dengan Kanban, yang umumnya digunakan sebagai alat untuk memvisualisasikan pekerjaan, Scrum adalah kerangka kerja di mana Anda dapat ‘menjalankan tim’ menggunakan Scrum. Kerangka kerja ini dipelopori oleh Taiichi Ohno dan menyediakan panduan berupa nilai-nilai, pedoman, dan peran (role) untuk membantu tim Anda fokus pada perbaikan dan iterasi yang berkelanjutan.

Saat membandingkan Kanban dengan Scrum, penting untuk dicatat bahwa Scrum memiliki peran yang lebih terdefinisi dan iterasi yang lebih terstruktur. Scrum jauh lebih tidak fleksibel dibandingkan Kanban, tetapi merupakan cara yang sangat baik bagi tim Agile untuk berkolaborasi dan menyelesaikan pekerjaan yang berdampak besar.

Cara Kerja Scrum

Meskipun Scrum awalnya dibuat untuk tim pengembangan perangkat lunak, industri lain seperti produk, teknik, dan lainnya kini menggunakan Scrum untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan lebih cepat dan efektif.

Untuk menjalankan Scrum, tim biasanya menunjuk seorang Scrum master, yang bertanggung jawab menjalankan tiga fase Scrum yang berbeda dan menjaga agar semua orang tetap berada di jalur yang benar. Scrum master bisa menjadi pemimpin tim Anda, project manager, product owner, atau orang yang paling tertarik menjalankan Scrum.

Scrum master bertanggung jawab untuk mengimplementasikan tiga fase Scrum tradisional berikut:

  • Fase 1: Sprint Planning: Sebuah sprint Scrum biasanya berlangsung selama dua minggu, meskipun tim dapat menjalankan sprint lebih cepat atau lebih pendek. Selama fase perencanaan sprint, Scrum master dan tim melihat backlog produk tim dan memilih pekerjaan yang akan diselesaikan selama sprint.
  • Fase 2: Daily Scrum Standup: Selama Scrum (yang juga dikenal sebagai siklus Scrum), tim biasanya melakukan meeting selama 15 menit setiap hari untuk memeriksa kemajuan dan memastikan jumlah pekerjaan yang diberikan sudah sesuai atau belum.
  • Fase 3: Sprint Retrospective: Setelah Scrum selesai, Scrum master mengadakan meeting ini untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan, mengarahkan pekerjaan yang belum selesai kembali ke backlog, dan mempersiapkan sprint berikutnya.

Tujuan Scrum bukanlah untuk membangun sesuatu dalam dua minggu, mengirimkannya, dan tidak pernah melihatnya lagi. Sebaliknya, Scrum menganut pola pikir ‘perbaikan berkelanjutan,’ di mana tim mengambil langkah-langkah kecil menuju tujuan yang lebih besar. Dengan memecah pekerjaan menjadi bagian yang lebih kecil dan mengerjakannya, Scrum membantu tim memprioritaskan dan menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien.

Apa itu Agile?

agile

Manajemen proyek Agile adalah metodologi iteratif di mana pekerjaan diselesaikan dalam sprint-sprint pendek. Dengan memprioritaskan pendekatan yang fleksibel dan pengiriman berkelanjutan, metode Agile lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan tak terduga dalam proyek—meskipun demikian, metode ini bisa mengalami masalah scope creep (perluasan ruang lingkup) sebagai akibatnya.

Metodologi Agile dikembangkan sebagai tanggapan terhadap metode waterfall yang tradisional. Ketika pengembangan perangkat lunak semakin berkembang pada awal 2000-an, para pengembang membutuhkan pendekatan iteratif untuk prototipe dan manajemen proyek—dan dengan demikian, pengembangan perangkat lunak Agile pun lahir.

Sejak saat itu, Agile Manifesto telah menjadi sumber utama nilai dan prinsip Agile bagi siapa saja yang ingin menerapkan metodologi ini. Metodologi Agile tidak lagi eksklusif untuk pengembangan perangkat lunak. Berbagai industri, seperti pemasaran, IT, perencanaan acara, dan pengembangan produk, telah mengadaptasi dan memodifikasi metodologi ini agar sesuai dengan kebutuhan mereka.

Cara Kerja Agile

Metode Agile melibatkan manajemen backlog iteratif, sprint, refleksi, iterasi, dan lebih banyak sprint lagi. Setiap sprint Agile biasanya berlangsung selama dua hingga empat minggu.

Setiap sprint melalui tahapan berikut:

  • Pertama, product owner mengatur product backlog. Product backlog adalah daftar setiap tugas yang mungkin dikerjakan selama sprint. Informasi ini biasanya disimpan dalam alat manajemen proyek.
  • Sebelum sprint dimulai, seluruh tim proyek berpartisipasi dalam sprint planning untuk mengidentifikasi tugas terbaik yang harus dikerjakan selama periode dua minggu.
  • Selama sprint, tim Agile sering bertemu untuk membahas hambatan dan item tindakan.

Setelah sprint selesai, anggota tim berkumpul untuk melakukan sprint retrospective dan mengidentifikasi apa yang berjalan baik dan apa yang bisa ditingkatkan.

Apa itu Waterfall? 

Waterfall

Metode waterfall membagi setiap proyek ke dalam beberapa fase berbeda dan melalui fase-fase tersebut secara berurutan. Tidak bisa berlanjut ke fase berikutnya jika fase sebelumnya belum selesai. Biasanya, setiap fase diakhiri dengan pencapaian proyek yang menandakan bahwa fase berikutnya dapat dimulai.

Fase spesifik dari proses waterfall tergantung pada apa yang sedang dikerjakan tim Anda, tetapi biasanya terlihat seperti ini:

  • Fase requirements
  • Fase desain sistem
  • Fase implementasi, juga dikenal sebagai fase pengembangan atau fase pengkodean—tergantung pada jenis proyeknya
  • Fase pengujian (testing)
  • Fase deployment, juga dikenal sebagai fase operasional
  • Fase maintenance

Cara Kerja Waterfall

Nama waterfall diambil dari cara proses ini terlihat ketika digambarkan. Seperti air terjun, proyek-proyek tampak seperti mengalir dari satu fase proyek ke fase berikutnya.

Menerapkan metodologi manajemen proyek ini memerlukan banyak perencanaan dan persiapan di awal. Bagian besar dari manajemen proyek waterfall adalah menciptakan rencana proyek yang sangat detail sehingga tim Anda benar-benar memahami persyaratan dan batasan proyek sebelum memulai pekerjaan. Ini karena tidak ada banyak ruang untuk variasi, adaptasi, atau kesalahan setelah proyek waterfall dimulai.

Dengan perencanaan yang matang, Anda dapat mencapai produk akhir dengan alur kerja yang jelas dan dapat diprediksi. Metodologi proyek ini sangat baik untuk manajemen waktu dan pelacakan kemajuan, meskipun kurang fleksibel dibandingkan model lain, seperti Agile.

Bagaimana Memilih Metodologi Proyek yang Tepat?

Kami telah membahas seluk-beluk setiap metodologi dan kerangka kerja. Sekarang, mari kita bandingkan satu sama lain untuk menemukan mana yang harus Anda terapkan agar tim Anda dapat mencapai tujuannya.

Kanban vs Scrum

Kanban dan Scrum adalah dua metodologi Agile yang paling sering disebut. Baik Kanban maupun Scrum mendorong tim untuk mengadopsi perbaikan berkelanjutan.

Salah satu prinsip inti metodologi Agile adalah fleksibilitas dan perbaikan berkelanjutan—sebenarnya, inilah salah satu alasan mengapa tim produk, teknik, dan pengembangan perangkat lunak sangat tertarik pada filosofi Agile.

Perbaikan berkelanjutan merupakan bagian besar dari Kanban dan Scrum. Kanban dan Scrum sama-sama alat kolaborasi tim yang hebat. Meskipun bentuk kolaborasi mungkin berbeda tergantung pada kerangka kerja yang dipilih tim Anda, baik Kanban maupun Scrum pada dasarnya adalah cara bagi tim untuk bekerja sama dengan lebih baik.

Meskipun keduanya memiliki beberapa kesamaan, ada beberapa perbedaan utama antara Kanban dan Scrum. Mari kita bahas!

  • Scrum lebih terdefinisi daripada Kanban. Scrum mencakup seperangkat “aturan” khusus yang harus diikuti oleh tim. Kanban paling sering digunakan untuk memvisualisasikan pekerjaan. Banyak tim sebenarnya menjalankan Scrum di papan Kanban—namun dalam kasus tersebut, mereka tetap menjalankan Scrum, bukan Kanban. Anggaplah Kanban sebagai cara untuk memvisualisasikan pekerjaan daripada sebagai “metodologi” dengan seperangkat aturan.
  • Scrum berbatas waktu, Kanban lebih fleksibel. Scrum berjalan dalam sprint, yang biasanya merupakan siklus kerja per dua minggu. Di akhir sprint, Anda memiliki kumpulan pekerjaan yang sudah selesai—apapun pekerjaan tersebut. Papan Kanban tidak harus memiliki tanggal mulai atau selesai. Faktanya, papan Kanban lebih sering digunakan untuk mewakili proses yang berlangsung terus-menerus.
  • Kolom papan Kanban dapat diatur dengan berbagai cara. Saat Anda menjalankan Scrum, penting untuk melacak pekerjaan saat bergerak melalui berbagai tahap. Namun, pada papan Kanban yang tidak berbasis Scrum, kolom papan dapat mewakili berbagai jenis pekerjaan, bukan hanya status pekerjaan. Kolom bisa mewakili pekerjaan yang akan diselesaikan setiap bulan, retrospektif yang mengumpulkan pekerjaan yang telah diselesaikan sebelumnya, atau apa pun yang Anda butuhkan—berbeda dengan Scrum, yang memiliki “aturan” yang lebih terdefinisi.

Kanban vs Scrum: Dampak pada Kolaborasi Tim 

Saat membandingkan Kanban dan Scrum dalam hal kolaborasi tim, perbedaan pendekatan dapat sangat memengaruhi bagaimana anggota tim berinteraksi dan bekerja sama. Scrum menggunakan pendekatan yang terstruktur dengan peran yang terdefinisi, seperti Scrum Master dan Product Owner. Kerangka kerja ini meningkatkan kolaborasi dalam tim Scrum melalui acara rutin seperti sprint planning, daily stand-up, dan sprint retrospective.

Di sisi lain, Kanban berfokus pada visualisasi alur kerja menggunakan papan Kanban, yang secara alami menciptakan transparansi dan mendorong kolaborasi berkelanjutan. Tim Kanban dapat dengan mudah mengidentifikasi hambatan dan membantu rekan kerja, yang mendorong kelancaran alur kerja secara terus-menerus. Meskipun Kanban tidak memiliki peran formal yang terdefinisi, metode ini mengembangkan budaya tanggung jawab bersama dan pemecahan masalah secara real-time.

Kanban vs Scrum: Mana yang Lebih Fleksibel? 

Saat menilai Kanban vs Scrum dari segi fleksibilitas, Kanban umumnya menawarkan lebih banyak keluwesan dibandingkan Scrum. Model alur berkelanjutan Kanban memungkinkan penyesuaian prioritas dan beban kerja secara terus-menerus. Tim dapat menambah, menghapus, atau mengubah prioritas item kerja di papan Kanban kapan saja tanpa mengganggu alur kerja secara keseluruhan.

Meskipun Scrum juga fleksibel, Scrum beroperasi dengan iterasi berjangka waktu tetap yang disebut sprint. Pendekatan berbatas waktu ini kadang-kadang dapat membatasi kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat atau menambahkan pekerjaan baru di tengah-tengah sprint. Namun, Scrum tetap menawarkan fleksibilitas melalui sprint planning dan penyempurnaan backlog, yang membantu tim menyesuaikan fokus mereka pada setiap sprint baru.

Kanban vs Scrum: Kapan Menggunakannya?

Tidak ada aturan pasti kapan tim Anda harus menggunakan Kanban, Scrum, atau bentuk manajemen proyek lainnya. Namun, cara yang baik untuk memutuskan apakah Kanban cocok untuk Anda adalah jika:

  • Tim Anda memerlukan sistem manajemen proyek secara visual.
  • Anda ingin denga mudah melihat status proyek secara sekilas.
  • Anda bukan bagian dari tim teknik, produk, atau pengembangan perangkat lunak.
  • Anda menjalankan proses dan proyek yang berkelanjutan.
  • Sebagian besar pekerjaan Anda tidak diselesaikan dalam waktu singkat.

Bahkan jika Anda tidak memilih untuk menggunakan kerangka kerja Scrum, Anda masih bisa mengambil inspirasi darinya. Misalnya, mungkin Anda tidak ingin pekerjaan Anda dibatasi oleh sprint dua minggu, tetapi menyimpan backlog pekerjaan dapat membantu tim Anda untuk lebih memahami dan memprioritaskan tugas. Bagian terbaik dari Kanban adalah Anda bisa mengambil apa yang cocok untuk Anda dan meninggalkan sisanya.

Scrum bisa menjadi cara yang kuat untuk mengatur dan memprioritaskan seluruh proses Anda. Meskipun tidak semua tim cocok dengan Scrum, Anda mungkin mendapat manfaat dari Scrum jika:

  • Anda berada di tim teknik, produk, pengembangan perangkat lunak, atau berbasis Agile.
  • Anda merasa tim Anda dapat diuntungkan dari struktur yang sedikit lebih ketat.
  • Anda memiliki backlog pekerjaan yang besar untuk diselesaikan.
  • Tim Anda termotivasi oleh deadline dan hasil cepat.
  • Ada seseorang yang berkomitmen untuk menjadi Scrum Master.

Ingat: ketika mempertimbangkan Kanban vs Scrum, Anda akan selalu dapat menggabungkan keduanya dengan menjalankan Scrum di papan Kanban.

Agile vs Waterfall 

Ketika membandingkan Agile dan Waterfall, mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metodologi mungkin akan memudahkan Anda dalam memilih yang terbaik untuk tim Anda.

Kelebihan dan Kekurangan Waterfall 

Waterfall lebih efektif untuk proyek cross-fungsional. Beberapa kelebihan terbesar dari metodologi Waterfall adalah Anda bisa:

  • Merencanakan proyek sebelumnya untuk mencegah pergeseran ruang lingkup.
  • Melacak kemajuan dengan mudah antara fase-fase yang berbeda dalam proyek.
  • Mengerjakan beberapa proyek tanpa harus sepenuhnya fokus pada satu inisiatif.
  • Mengelola ketergantungan dengan mudah.

Namun, metodologi Waterfall juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan:

  • Dapat meningkatkan risiko proyek karena kurangnya fleksibilitas.
  • Dapat menyebabkan hilangnya informasi jika orang yang berbeda mengerjakan proyek di fase yang berbeda dan tidak mendokumentasikannya dengan jelas.
  • Dapat menyebabkan bug yang tidak terduga jika pengujian dilakukan terlambat.
  • Dapat menyebabkan menurunnya kepuasan pelanggan karena tanpa keterlibatan mereka.

Kelebihan dan Kekurangan Agile 

Metodologi Agile populer karena beberapa alasan—berikut adalah beberapa kelebihan terbesar yang dimiliki Agile:

  • Beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang tak terduga.
  • Berfokus pada kepuasan pelanggan.
  • Mengalami motivasi intrinsik yang tinggi dengan menekankan kerja tim dan keterlibatan anggota tim.

Dengan semua fleksibilitas tersebut, ada beberapa kekurangan yang harus dihadapi oleh tim Agile:

  • Dapat meningkatkan pergeseran ruang lingkup dan anggaran proyek secara tidak terduga.
  • Bisa sulit untuk melibatkan pelanggan jika mereka tidak memiliki waktu atau sumber daya.
  • Fokus eksklusif pada proses sprint Agile membuat anggota tim tidak bisa mengerjakan inisiatif lainnya.
  • Tim remote bisa mengalamai kesulitan untuk berkembang dalam lingkungan Agile.

Agile vs Waterfall: Kapan Menggunakannya?

Meskipun sebagian besar tim dapat memperoleh manfaat dari salah satu metodologi ini, berikut adalah perbandingan sederhana antara Agile dan Waterfall untuk membantu Anda memutuskan metodologi mana yang terbaik untuk Anda:

Gunakan metodologi Waterfall jika:

  • Anda bekerja pada proyek yang bersifat sekuensial dan tidak ada fase yang dapat dimulai kecuali fase sebelumnya sudah selesai.
  • Anda ingin mengendalikan pergeseran ruang lingkup dengan ketat.
  • Anda menghargai perencanaan yang jelas dan efektif.
  • Anda ingin memahami seluruh siklus pengembangan sebelum memulai proyek.
  • Anda lebih menghargai fungsionalitas daripada kecepatan pengiriman.

Cobalah pendekatan Agile ketika:

  • Anda ingin menggunakan proses yang lebih iteratif.
  • Anda ingin membuahkan hasil dengan cepat—meskipun itu berarti harus memperbaikinya di kemudian hari.
  • Tim Anda bergerak dengan cepat.
  • Tim Anda lebih menghargai adaptabilitas.
  • Pelanggan Anda ingin terlibat aktif menjadi pemangku kepentingan.

Jika Anda yakin dengan metodologi Agile, langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan apakah Scrum adalah cara yang tepat untuk menjalankan tim Anda.

Agile vs Scrum 

Ketika membahas Agile vs Scrum, bukanlah pertanyaan tentang mana yang harus dipilih, tetapi lebih kepada “Apakah Anda ingin menjadikan Scrum sebagai kerangka kerja Agile pilihan Anda atau tidak?”.

Bisakah Menerapkan Agile Tanpa Scrum? 

Tentu saja! Meskipun Scrum merupakan kerangka kerja Agile yang paling umum, Anda masih dapat menerapkan prinsip Agile tanpa mengikuti aturan Scrum.

Agile dapat berdiri sendiri—namun, tanpa Scrum master, pertemuan harian, dan sprint dua mingguan, ada beberapa praktik terbaik yang harus Anda ingat untuk memastikan alur kerja yang lancar:

  • Pertahankan proyek agar tetap kecil. Tanpa aturan Scrum, akan jauh lebih mudah mengelola proyek kecil dengan tim kecil yang bekerja menuju tujuan kecil.
  • Tunjuk pemilik produk. Tanpa Scrum master, Anda perlu menunjuk anggota tim yang bertanggung jawab atas kebutuhan proyek dan sumber daya. Anggota tim ini akan menjadi orang yang dapat dihubungi untuk pertanyaan mengenai alur kerja, perubahan proyek, dan alokasi sumber daya.
  • Adakan pertemuan rutin. Dengan tim kecil dan tujuan proyek yang sederhana, pertemuan mingguan harus diadakan secara rutin. Manfaatkan kesempatan ini untuk meninjau kemajuan proyek dan mendiskusikan tujuan minggu berikutnya agar semangat tim tetap terjaga dan tim tetap terlibat.
  • Jadwalkan tinjauan rutin. Sama seperti Anda mengadakan pertemuan mingguan untuk membahas tujuan, tim Agile Anda juga akan mendapat manfaat dari tinjauan yang rutin. Tinjauan ini dapat mengungkap detail proyek yang memerlukan perhatian lebih dan memastikan bahwa kualitas keseluruhan proyek Anda tetap tinggi.

Memahami antara Agile dan Scrum dapat membantu Anda menyesuaikan pendekatan Anda untuk memenuhi kebutuhan tim dan persyaratan proyek Anda.

Kanban vs Scrum: Cara Menggunakan Keduanya Bersama-sama 

Masih bingung antara Kanban dan Scrum? Mungkin Scrumban adalah jawabannya.

Untuk menyelenggarakan pertemuan daily standup yang efektif, sprint planning yang cemerlang, dan retrospektif, Anda memerlukan cara yang kuat untuk memvisualisasikan pekerjaan melalui tahapan dan melacak semua pekerjaan yang sedang berjalan. Papan Kanban dapat membantu Anda menangani sprint backlog dan mengatur alur kerja selama sprint, sehingga setiap siklus Scrum berjalan lancar.

Tim yang menjalankan Scrum pada papan Kanban (atau, seperti yang kadang disebut, papan Scrum), sering kali membuat papan baru untuk setiap sprint Scrum. Alasan untuk ini adalah sebagai berikut:

  • Tim yang membuat papan baru untuk setiap sprint dapat memulainya dari awal yang masih kosong. Ini memudahkan Scrum master dan tim Scrum untuk memvisualisasikan pekerjaan baru yang harus dilakukan untuk setiap sprint.
  • Scrum master menggunakan papan Scrum sebelumnya untuk melacak pekerjaan yang telah diselesaikan selama setiap siklus Scrum. Karena salah satu alasan besar tim menerapkan Scrum adalah perbaikan proses dan efisiensi, melihat kembali apa yang telah dicapai dapat sangat membantu.

Seperti yang Anda lihat, semuanya tergantung pada menemukan kombinasi metodologi, kerangka kerja, dan alat yang bekerja untuk tim dan proyek Anda.

Anda ingin membangun aplikasi dengan metode pengembangan dan manajemen proyek yang andal? Segera hubungi NEXT-IT dengan cara klik tautan ini untuk berkonsultasi lebih lanjut secara GRATIS. Sampai berjumpa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *